
Memang,
beberapa referensi tentang meditasi baik
buku-buku umum yang dijual di toko-toko buku maupun beberapa situs
internet menyebutkan keunggulan-keunggulan bermeditasi di antaranya: memberikan
ketenangan batin, meningkatkan
kepercayaan diri, mempertajam feeling,
mengurangi stres dan meningkatkan kemampuan mengatur emosi. Di sisi lain
seorang paranormal terkenal mengatakan bahwa orang-orang yang suka bermeditasi
itu tidak bisa kesurupan serta tidak mempan diguna-guna !! Boleh percaya, boleh
tidak !
Melampaui Diri
Sendiri
Bagi
banyak orang boleh jadi keunggulan meditasi tersebut telah menjadi tujuan dari
meditasi itu sendiri. Jujur saja,
orang tertarik dengan meditasi
adalah karena mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu dalam hal pemahaman
psikologis dan pengenalan diri sendiri. Karena itu muncullah keinginan untuk
mengembangkan potensi diri, atau sekedar memperoleh penyembuhan malahan ada
juga yang sampai ingin menjadi 'sakti' seperti dalam legenda para pertapa tempo
dulu.
Namun
John Main OSB, seorang rahib Benediktin, menuliskan bahwa ada bahaya jika dalam
bermeditasi, kita begitu terpukau oleh penemuan tentang diri kita sendiri dan
menjadi lupa untuk melampaui diri kita menuju yang ilahi. Dalam bukunya
“Door to Silence”, beliau menyebutkan bahwa memang benar ada
manfaat-manfaat praktis dalam bermeditasi, tetapi jangan sampai berhenti pada
pencapaian berdasarkan penilaian akal budi yang terbatas dan memisahkan diri
dari sumber yang tidak terbatas.
Tujuan Meditasi
Jadi,
apa konkretnya tujuan meditasi? Menurut John Main, inti pokok meditasi adalah
inti pokok Injil. Kita diundang untuk membuka hati dan pikiran kepada Allah.
Panggilan dari Kitab Suci adalah bersatu dengan “Sang Kasih”. Kita harus lebih
dahulu bersatu di dalam diri kita sendiri supaya dapat bersatu dengan Allah.
Dalam
keheningan ketika bermeditasi, muncul kedamaian, keselarasan atau keserasian.
Dengan penuh iman dan kepasrahan, serta kedisiplinan mengucapkan mantera “MA-RA-NA-THA”,
secara perlahan-lahan dan setia dengan penuh iman dan kasih kita mengenali
kehadiran Allah. Karena itu tujuan meditasi dalam konteks Kristiani adalah
masuk ke dalam persatuan yang penuh dengan kesadaran Kristus. Nah, kalau sudah
sampai pada lapisan ini, tidak ada urusannya lagi dengan kehebatan pribadi para
praktisi meditasi yang telah disebutkan
di atas. Apalagi dengan mempan atau tidak mempannya diguna-guna, ini
sudah di luar konteks kita.
Hanya
rahmat Allah yang membimbing ke persatuan dengan yang Illahi yaitu Allah Bapa,
Putra dan Roh Kudus, Sang Pencipta yang mencintai ciptaan-Nya dan akan memanggil
kita dalam pelukan cinta-Nya.
Eddi Nugroho
Meditator MK Serpong