Pages

Thursday, November 21, 2013

Warisan Spiritual Para Bapa Padang Gurun

Banyak orang Katolik, ketika ditanya tentang meditasi, akan menggelengkan kepala pertanda tidak tahu, atau mengatakan bahwa meditasi hanyalah kegiatan para biarawan di balik tembok biara. Yang paling parah bahkan mengira bahwa meditasi adalah suatu ritual milik agama lain sehingga kegiatan bermeditasi termasuk kegiatan yang menyimpang dari ajaran Gereja. Padahal Gereja Katolik sangat kaya akan tradisi berupa ritual dan doa-doa yang sangat luar biasa termasuk di antaranya adalah meditasi.  
Kesan pertama ketika melihat orang bermeditasi adalah duduk diam seperti patung, entah apa yang ada dalam pikiran orang tersebut, terlihat sangat membosankan.  Padahal, kalau kita menyimak Injil, Tuhan Yesus diceritakan sering kali pergi menyendiri ke tempat sunyi (baca Matius 14:13 atau Markus 5:16), pastilah ada maksudnya hal ini diceritakan dalam Injil, dan ada sebuah kutipan yang mestinya menjadi rujukan bagi orang Kristen untuk berdoa yaitu dari Matius 6:6 “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”
Sebuah Doa Hati
Salah satu cara berkomunikasi dengan Tuhan diwujudkan dalam bentuk ‘doa’. Ada bermacam-macam cara berdoa, menurut Pastor Siriakus Maria Ndolu, OCarm dalam bukunya “Meditasi Kristiani Jalan Sederhana Menjumpai Allah” bahwa pada prinsipnya ada tiga cara berdoa yaitu berbicara, mendengarkan dan tinggal bersama. Berbicara dengan kata-kata adalah suatu cara berdoa yang paling umum, untuk meminta sesuatu atau memuji dan mengucap syukur kepada Tuhan. Akan tetapi, apabila Dia sudah bersemayam di dalam hati kita, seperti kata Santo Paulus: “Kristus ada di dalam dirimu” (Kol 1:27), tentulah berdoa pribadi dengan kata-kata yang panjang lebar menjadi kurang berarti karena Dia sudah mengetahui segala sesuatunya. Yang perlu kita lakukan adalah duduk diam dalam keheningan menyadari dan “merasakan kehadiranNya”.
Dalam persatuan roh itulah terjadi interaksi yang mengatasi segala kendala berbahasa, karena itulah menjadi doa tanpa kata. Kita dapat duduk diam secara rileks dengan punggung tegak, dan agar keheningan dapat tercapai, kita memusatkan secara mendalam/konsentrasi pada kata doa singkat atau disebut mantera yang menghantar kepada Allah dengan mendaraskannya di dalam hati secara berulang-ulang. Seorang rahib Benediktin, John Main OSB, mengusulkan kata “MA-RA-NA-THA” sebagai mantera yang artinya “Tuhan Yesus datanglah” seperti yang tercantum dalam Surat Rasul Paulus kepada Umat di Korintus (1 Kor 16:22).
Sebagai pusat adalah Allah sendiri, namun tidak perlu dan tidak mungkin membayangkan Allah, termasuk mengimajinasikan pribadi Allah dalam konteks apapun, bahkan ketika mengucapkan mantera pun tanpa perlu memikirkan artinya lagi. Semua mengalir menembus ruang-waktu, tanpa berharap sesuatu yang akan terjadi dan tanpa berimajinasi. Memang pikiran tidak mungkin dikosongkan karena sewaktu bermeditasi kita dalam kondisi sadar sepenuhnya, maka ketika muncul pelanturan pikiran, kita kembali mendaraskan mantera tersebut. Demikianlah Meditasi Kristiani sederhana saja, kita dianjurkan berlatih meditasi 2 kali sehari, pagi dan malam hari masing-masing selama 20 – 30 menit. Dengan cara seperti ini memungkinkan orang awam yang sibuk bekerja masih bisa mempraktekkan meditasi dalam kehidupan sehari-hari.
Komunitas Global Meditasi Kristiani
Sangat disayangkan apabila kekayaan spiritual seperti ini kurang dikenal oleh umat Katolik. Hampir semua agama memiliki cara dan metode tersendiri untuk bermeditasi, demikian pula dalam biara-biara di lingkungan Gereja Katolik memiliki banyak tradisi ritual bermeditasi. Lectio Divina misalnya, kalau boleh diambil sebagai contoh, yaitu dengan mempraktekkan suatu perenungan yang mendalam pada bacaan Kitab Suci.
Sebelum menjadi pastor, sekitar tahun 1953 John Main bekerja di Departemen Luar Negeri Inggris dan ditugaskan di Kuala Lumpur, Malaysia, di mana dia berkenalan dengan seorang guru Hindu bernama Swami Satyananda. John Main berkesempatan mendalami praktek meditasi guru Hindu tersebut. Setelah masuk biara, John Main membandingkan praktek yang hampir sama dilakukan oleh para Bapa Padang Gurun pada abad-abad awal ke-Kristenan terutama melalui tulisan seorang pertapa bernama Johanes Kasianus dalam buku Institutes dan Conferences. Kemudian John Main menuliskan buku yang sangat terkenal menjadi acuan dalam bermeditasi “Word into Silence, A Manual for Christian Meditation” yang berisi langkah-langkah belajar meditasi.
Pembelajaran meditasi inipun keluar menembus dinding biara dan mudah dilaksanakan oleh siapapun karena praktis dan sederhana, sehingga kemudian terbentuklah kelompok-kelompok Meditasi Kristiani. Bahkan setelah Pastor John Main OSB meninggal pada tahun 1982, beberapa tahun kemudian berdirilah World Community for Christian Meditation (Komunitas Global Meditasi Kristiani) yang merupakan jaringan kelompok Meditasi Kristiani seluruh dunia yang memiliki website http://www.wccm.org/, sedangkan untuk Indonesia telah berdiri Pusat Meditasi Kristiani Indonesia yang beralamat di RS Atma Jaya Jakarta (http://www.meditasikristiani.com/). Di lingkungan Paroki Santa Monika Serpong, kelompok Meditasi Kristiani telah berdiri sejak 3 tahun lalu, melakukan latihan tiap hari Selasa, Jumat dan Sabtu .

Eddi Nugroho
Meditator MK Serpong

1 comment:

  1. I got the new the king casino no deposit bonus【Malaysia】
    【 William】pinterest ventureberg.com/ in 2021, casino-roll.com the https://jancasino.com/review/merit-casino/ king casino no 출장마사지 deposit bonus,【WG98.vip】⚡,taylorlancer,taylorlancer,golfking. communitykhabar

    ReplyDelete