Pages

Thursday, December 4, 2014

Meditasi Anak

“Diutus Untuk Mewartakan Cahaya Abadi Yang Bersinar Dikedalaman Hati” adalah  Tema Rekoleksi dari Meditasi Kristiani St.Monika BSD memperingati ulang tahun yang ke-4. Tugas perutusan untuk mewartakan atau memancarkan cahaya dari kedalaman hati tidaklah mudah, ini perlu Rahmat Allah. Baru 5 bulan kemudian salah satu tugas perutusan itu mampu diwujudkan dengan mengumpulkan anak-anak tingkat SD s/d SMA untuk diberi pengarahan tentang Meditasi dan selanjutnya seminggu sekali akan dipraktekkan dalam kelompok .

Pada tanggal 9 November 2014 menjadi titik awal bagi anak-anak kita. 55 anak yang didampingi oleh orang tuanya dan pendampingnya untuk mengikuti pengarahan dari ibu Imelda di Aula St Dorothea dari jam 10.30 s/d jam 13.00. Acara cukup padat. Tapi kami merasa bersyukur dari antara anak-anak itu sudah ada yang mulai kumpul bermeditasi lebih dahulu, tiap hari Jumat sesudah pulang sekolah. Kelompok ini ikut terlibat dalam acara tersebut dengan membuka acara dengan nyanyian yang berjudul “ARBAB”, dan menjelang acara praktek Meditasi yang dipandu oleh ibu Imelda, kelompok anak –anak juga menyanyikan lagu yang berjudul “My Happy heart”  yang merupakan lagu persiapan Meditasi Anak. Setelah mereka menyanyikan lagu tersebut lalu seluruh anak diajak mengikuti menyanyi,  dan ketika pelatihan Meditasi dipraktekkan mereka semua menyanyi untuk mengawali pelatihan doa hening. Kami merasa lagu itu bagus untuk perkenalan awal pada anak tentang Doa Meditasi .

MENGAPA PILIHAN PERTAMA DARI TUGAS PERUTUSAN MEWARTAKAN CAHAYA ABADI KEPADA ANAK-ANAK ? DAN BAGAIMANA CARANYA ?

Anak-anak harus dituntun menemukan Cahaya Abadi itu dalam batin mereka yang paling dalam, dalam bait Allah yang Kudus di hati mereka. Salah satu caranya adalah dengan mengajak anak ber Meditasi, “ MEDITASI KRISTIANI” Ini adalah cara yang paling sederhana.
Anak-anak dari usia dini harus sudah mulai kita perkenalkan dengan Meditasi Kristiani. Mereka harus kita ajak mempraktekkan dan mengalami sendiri Doa Hening.  Mengapa anak-anak ?
  1. Karena Allah sendiri memanggil mereka, dan kita harus menuntun anak-anak untuk datang menjawab panggilan Nya, dengan jalan berdoa yang benar dimana pusatnya adalah Kristus sendiri. Salah satu cara yang sederhana adalah Meditasi Kristiani
  2. Dalam Surat Paulus kepada umat  Kolose 1; 10 tertulis sebagai berikut;  “Kami meminta supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak dihadapan Nya serta berkenan kepada Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”.Dengan mengajak anak -anak ber-Meditasi, pertumbuhan yang diharapkan oleh St Paulus ini dengan Rahmat Allah sendiri akan tercapai dan kita akan membawa anak bertumbuh berkembang menemukan keutuhan dirinya dalam “Aspek Mistik dan aspek Moral”
  3. Dengan Bermeditasi, anak akan menemukan kejernihan hati; anak akan menjadi focus mudah menerima pelajaran dan memecahkan persoalan.
  4. Meditasi menuntun anak untuk mengalami bahwa keberadaannya tinggal bersama Roh Kudus dihatinya. Dalam proses, anak akan bertumbuh dan memberi buah yang baik dalam hidup dan pergaulan, dalam pelajaran dan pekerjaan.
  5. Dalam Bermeditasi yang dijalankan setiap hari pagi dan sore selama 5 s/d 10 menit, anak akan menemukan jalan mengenal dirinya yang sejati, diri sebagai anak Allah. Anak yang telah menemukan jati dirinya akan melepaskan dirinya yang palsu atau bukan dirinya, ia mampu melepaskan kotoran yang ada dalam hatinya. Dan pada saat ini anak juga akan mengenal Allah lebih dalam; lebih dalam dari perasaan, lebih dalam dari pikiran, lebih dalam dari  gambaran-gambaran atau khayalan.
  6. Dalam Bermeditasi anak akan mengalami seperti yang ditulis oleh St. Paulus kepada umat di Galatia 5; 22-23 (kasih, suka-cita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, pengertian, pengendalian diri).  Apa bila ini pernah dialami anak-anak kita, maka mereka boleh diharapkan akan bertemu dan memandang Cahaya Abadi yang bersinar di kedalaman hati mereka, dengan demikian:


    • Anak tidak akan mudah Stres/ depresi bila menghadapi tantangan atau benturan-benturan yang hebat dalam hidup mereka.
    • Anak akan mampu membedakan yang baik dan yang tidak baik ( istilah St Ignatius PEMBEDAAN ROH ).
    • Anak-anak mampu berelasi dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan Tuhan secara benar.
    • Anak juga mampu mengendalikan diri dan menggunakan kebebasan secara benar dan baik ( Kebebasan anak-anak Allah).

Maka Dengan mengajak anak bermeditasi, kita turut menyiapkan masa depan Gereja dengan baik.


SABARLAH DAN SETIALAH, SEPERTI ALLAH JUGA SETIA KEPADAMU

Diutus Untuk Mewartakan Cahaya Abadi

Tidak terasa Meditasi Kristiani BSD berusia 4 tahun sejak berdiri-nya pada tahun 2010. Sebagai ucapan syukur atas anugerah Tuhan, maka pada tanggal 19-20 Juli 2014 diadakan rekoleksi di Wisma Kompas (Cipanas).  Sebanyak 46 orang berangkat menggunakan 2 bis dari BSD menuju lokasi rekoleksi di Cipanas.

Tema  “Diutus Untuk Mewartakan Cahaya Abadi Yang Bersinar di Kedalaman Hati” dibawakan dengan sangat menyentuh oleh Romo Vincent K. Watun,OMI.
Dalam sesi pengajaran, Romo menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia terdiri dari FISIK (tatanan badan), PSIKIS (intelektual), dan SPIRITUAL/ROH  (tatanan hati). Ketika kitaberdoa kontemplatif, kita belajar menemu-kenali kesejatian diri kita dan di kedalaman hati itu ada Cahaya Abadi yang bersinar yaitu Roh Allah sendiri. Sebagai suatu proses perjuangan untuk mencapai kesadaran ini mungkin saja kita membagi-bagi fase pertumbuhannya. Akan tetapi, apalah artinya tingkat pertumbuhan itu ketika yang menjadi tujuan adalah persatuan dengan Roh Maha Agung, yang tak terbatas, yang tak dapat dibandingkan dengan apapun juga. jika Roh itu sudah memimpin kita maka akan nampaklah buah-buahNya seperti kata Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia (5: 22 – 23) yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri.


Ketika manusia telah mulai mengenal Cahaya Abadi ini kemudian akan menemukan dorongan untuk mewartakan-nya, agar Kerajaan Allah semakin nyata di “atas bumi” seperti di dalam Surga.

Kegiatan rekoleksi diakhir dengan Misa Kudus. Para peserta merasa begitu gembira dan bersemangat untuk mewujudkan secara nyata untuk mewartakan Cahaya Abadi kepada sesama.


MEDITASI Bersama Dengan Anak

Menjadi kerinduan kita bersama untuk bisa berdoa bersama keluarga, orang tua dan anak – anak. Ketika kita orang tua sudah menekuni meditasi, maka muncul keinginan agar anak kita mengenal dan bermeditasi bersama. Sejak tahun 2011 anak–anak yang bersekolah di Santa Ursula, BSD sudah diperkenalkan Meditasi Kristiani sehingga memudahkan mengajak anak kita yang sudah mengenal meditasi dari sekolah.

Sudah berjalan 4 bulan, setiap Jumat sepulang sekolah, jam 13.00 s/d jam 14.00, di Ruang Christoforus,  anak saya dengan beberapa temannya dari SMP St. Ursula (BSD) berkumpul dan bermeditasi bersama. Sebagai pendamping ada Sr. Ignatio, ibu Ima, ibu Vira dan saya sendiri. Ide itu datang dari kami orang tua yang kita sampaikan kepada anak – anak kami, kemudian mereka saling mengajak teman, sehingga terkumpul 10 anak.
Puji Tuhan mereka bersemangat, dan untuk pelaksanaannya mereka saya minta untuk mengatur dari bantal bantal meditasi, lagu yang akan dipakai sebagai lagu pembukaan, siapa yang akan memimpin doa pembukaan sampai lagu yang dipilih sebagai lagu penutup. 

Acaranya kurang lebih sebagai berikut :
  • Diawali dengan lagu dan kemudian doa pembukaan.
  • Dilanjutkan dengan membaca satu alenia dari suatu buku tentang Meditasi Kristiani, atau membacakan kutipan injil,  dengan maksud membawa mereka kepada suasana doa / hening.
  • Berikutnya adalah Sesi Meditasi bersama selama 10 menit. Sebagai pembuka ada lagu yang mereka nyanyikan untuk memasuki waktu hening yaitu “MY HAPPY HEART SONG”. Lagu tersebut membawa mereka dan mengajak mereka bagaimana mereka berdoa, kesadaran bahwa Tuhan selalu bersama mereka  dan bagaimana cara berdoa dengan bermeditasi . Sungguh ketika menyanyikan dengan sepenuh hati, menjadi hening dengan  sikap tubuh yang benar,  tetap sadar diam menyingkirkan segala gangguan dan terus mengucapkan kata doa ma-ra-n a-tha.
  • Sesi selanjutnya adalah  Sharing, dimana mereka menceritakan hal – hal seputar apa yang mereka rasakan saat meditasi. Dengan sederhana mereka menceritakan seperti punggung terasa sakit, suasana yang hening, damai, ngantuk, dan ada juga yang kesemutan, suatu hal sangat wajar dialami oleh siapapun juga. Mereka mulai mengerti ketika semua keadaan itu muncul  maka mereka harus kembali kepada kata doa ma- ra-na- tha dan terus sadar mengucapkan kata doa tersebut selama waktu meditasi.


Pertemuan mingguan ini sangat berarti, dengan harapan memberi  semangat dan energi untuk mereka dapat bermeditasi di rumah 2kali sehari, selama 10 menit. Di akhir pertemuan, karena sudah melewati waktu makan siang,  mereka makan siang bersama. Disitu mereka kembali bercerita dengan penuh ceria keseharian mereka.
Buah - buah Meditasi ini adalah anugerah yang Tuhan limpahkan kepada anak – anak semua sesuai rencana Tuhan kepada mereka  masing masing dan  menjadi sadar akan kebaikan dan kebersamaan Tuhan  dalam kehidupan mereka sehari hari.


Danni Ananto 

BerMEDITASI adalah berDOA

Melihat kutipan Kitab Suci, mat 6 : 6-7
....Tetapi jikalau engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada ditempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnnya kepadamu. 7. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allh. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata – kata doanya akan dikabulkan.
Ini ajakan Yesus untuk berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tidak terbatas pada ruang kamar kita, tetapi masuk kepada kedalaman hati kita, dan kita ingin bedoa tanpa banyak kata. Ketika kita meneruskan kembali kutipan Kitab Suci , mat 6: 8-14, ... .....Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya dan kemudian Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, menjadi jelas berdoa adalah belajar menjadi sederhana. Sederhana, dimana kita menyingkirkan segala ego kita, keinginan, fantasi, pikiran, segala perasaan. Dan ketika berusaha membuang segala ego itu, kita menuju pada kemurnian hati, kesederhanaan (SIMPLICITY ) “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah”.

Meditasi Kristiani, yang di ajarkan John Main, OSB  (seorang rahib Benedictin  dari London) adalah salah satu bentuk doa, doa hening....”Diam, dan ketahuilah Akulah Allah”mzm 46:11
Kita diam, masuk kedalam keheningan hati kita. Kita duduk tenang, nyaman dengan punggung tegak, perlahan menutup mata kita dengan lembut, dan mulai mengucapkan dalam batin  kata doa kita, Pater John Main, OSB menyarankan kata doa singkat kita Maranatha,  Ucapkan dengan lembut dalam batin  MA RA NA THA, ucapkan kata doa itu selama waktu meditasi .
Maranatha adalah bahasa Aram, yang artinya Datanglah ya Tuhan Yesus.
Bermeditasilah 20 – 30 menit, 2x sehari pagi dan malam hari.
DIAM – HENING – SEDERHANA

Melihat kutipan Kitab Suci, Yoh 21: 15-19
Simon anak Yohanes, apakah engkau mencitai Aku? Jawab Petrus kepadaNya : Tuhan Engkau tahu bahwa aku mencintai Engkau....demikian Yesus menanyakan kepada Simon Petrus sampai 3x . Untuk mengikut Yesus ada syarat awal yaitu mencintai Yesus dan mendengar jawaban Petrus, Yesus memberi perutusan kepada Simon Petrus.Gembalakanlah domba-dombaku.  Mencintai adalah hubungan akrab, yang membutuhkan  kedisiplinan dan kesetiaan. Menjadi mengerti apa yang menjadi Kehendak Bapa  kepada kita dalam perutusan kita masing – masing.
Doa membawa kita menjadi dekat dengan Yesus, dan karena cinta kita ingin selalu dekat.  sekaligus kita menanggapi Kasih Allah, Rm 5:5 Kasih Allah telah dicurahkan kedalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Meditasi mengajarkan kepada kita disiplin, setia, sederhana, meninggalkan ego , menuju keheningan kedalaman batin kita. Ketika ego kita bermunculan,   disebut sebagai pelanturan – pelanturan, kembalilah pada kata doa kita Ma ra na tha selama waktu meditasi  20 – 30 menit, 2x sehari pagi dan malam hari.

Kita bertanya, apa bedanya  Meditasi dan doa – doa lain ? Sebagai umat Katolik, DOA, Kitab Suci, dan Ekaristi adalah nafas, bagian dari hidup kita. Meditasi membawa kita semakin memaknai doa doa lain. Mendoakan Bapa Kami, kata demi kata, kalimat demi kalimat, begitu baiknya  Allah  kepada kita, kita mendoakannya dengan hikmat dan hormat merasakan Kasih Allah yang telah tercurah kepada kita.  Devosi  sebagai contoh,  Dalam perjalanan hidup kita ada kalanya ,  kekurangan anggur, kita datang kepada bunda Maria, berdoa Rosario,  ingin bersama Bunda Maria merasakan dalam peristiwa suka duka berjalan bersama Yesus, butir demi butir kita ucapkan tanpa tergesa, menjadi kerinduan dan usaha kita semua  ingin setia seperti bunda Maria, Novena 3x Salam Maria, kita memohon bantuan bunda Maria untuk suatu keinginan, tapi kita menyadarinya, mengembalikan kepada Kehendak Tuhan, terjadilah kepadaku menurut perkataanMu.  Kitab Suci, “Sabda sudah menjadi daging dan tinggal diantara kita”. Tidak hanya membuka tapi merenungkannya apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita masing masing,  melalui bacaan harian hari demi hari.  Menyambut Ekaristi, kita menghayatinya dari ritus pembukaan hingga berkat perutusan, sungguh menyentuh, menyadari KehadiranNya bukan semata kewajiban hari Minggu.
Semakin teratur disiplin dan setia  bermeditasi, kita semakin dibawa kedalam keheningan.  dalam kutipan Injil Kor 6:19 Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah Roh Kudus yang diam didalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Kita diingatkan Tuhan ada didalam hati kita masing – masing, kita ingin terus menyadari itu, kita menyiapkn waktu 20 – 30 menit, 2x sehari pagi dan malam, didalam DIAM duduk tegak nyaman tenang dan sadar sepenuhnya,  St Paulus mengatakan “Sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan keluhan tak terkatakan”Rm 8:26 ,  masuk dalam keHENINGan  mendaraskan dalam batin kita kata doa  MA RA NA THA, meninggalkan segala pikiran, keinginan, perasaan , kita berani meninggalkan, menyangkal  ego kita, dalam injil Markus “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku “mrk 8:34 dan kita masuk dalam keSEDERHANAan hadir didalam HadiratNya bersama DIA dan  mendengarkan DIA.  

Kutipan Kitab Suci  Yoh 1: 35-39
Pada keesokan harinya Yohanes berdiri disitu pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata : Lihatlah Anak Domba Allah, Kedua murid itu mendengar apa yang ia katakannya itu lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh kebelakang . Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepadamereka :” Apakah yang kamu cari ?”, Kata mereka, Rabi artinya Guru,  “dimanakah kamu tinggal?” Ia berkata kepada mereka “marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat dimana Ia tinggal. Dan hari itu mereka tinggal bersama Dia dan waktu itu kira kira jam 4 sore.
Kutipan injil diatas sangat menarik ketika kita merefleksikan diri, apa yang sudah kita kerjakan, apa yang sudah kita lakukan  dan Yesus bertanya kepada kita “apa yang kamu cari?” tentunya setiap langkah kita pekerjaan kita, kita berusaha untuk senantiasa memuliakan namaNya. Dan kita kembali bertanya seperti Yohanes, “dimanakah kamu tinggal?”  kita selalu ingin lebih dekat dengan Yesus mencari Yesus. Dan dalam kisah injil diatas Yesus mengajak kita untuk  melihat mengalami tinggal bersama Yesus. Bukan suatu pertanyaan yang cukup ditanya dan dijawab satu kali, tetapi  setiap saat menjadikan refleksi kita,  Menjadikan  semangat perjalanan DOA MEDITASI kita, sepanjang hari sepanjang waktu sepanjang hayat.

Kutipan Kitab Suci Yoh !4: 15-16, 23b-26
Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti  segala perintahKu, Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu  seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama lamanya.
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti FirmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu, dan firman yang kamu dengar itu bukan dari padaKu, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama sama kamu, Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu semua yang telah Kukatakan kepadaMu.
Roh Kudus mengajarkan 2 hal : lakukan segala yang baik dan hindarkanlah segala yang jahat,  Meditasi adalah proses penyadaran, menyadari kekinian , apa yang sedang kita lakukan , kerjakan, saat ini dan tidak membawa kita larut masa silam dan masa yang akan datang. Tuhan menyertakan seorang Penolong dalam hidup kita, kita dimampukan menjalani setiap peristiwa yang hadir untuk kita. Semua itu proses dan semua itu usaha.......seperti Labirin, seakan kita berjalan maju mulus dan nyaris sampai pada suatu keinginan tetapi ternyata kita jauh mundur atau salah melangkah. Setia disiplin dalam DOA Meditasi , 20 – 30 menit, sehari 2 x pagi dan malam, dengan segala kerendahan hati, menyangkal ego, mengucapkan kata doa  Ma ra na tha, selama waktu meditasi......Kita berjalan dalam Labirin. Labirin hidup Rohani kita yang akan selalu memberi energy baru dan sukacita dalam kehidupan  perutusan kita masing masing, apapun pekerjaan dan siapapun diri kita.

Salam Kasih

Danni Ananto 

Sunday, May 11, 2014

MEDITASI KRISTIANI DAN PERISTIWA ROSARIO SUCI




 

PERJALANAN MEDITASI DAN PERISTIWA-PERISTIWA DOA ROSARIO SUCI

Oleh : Sr. Ignatio, OSU

Dalam menekuni Meditasi Kristiani, saya menyadari adanya kesejajaran dalam menjalani tahapan-tahapan meditasi dengan biografi Tuhan kita Yesus Kristus, yang kita renungkan bersama dalam peristiwa-peristiwa dalam Doa Rosario Suci.


TAHAP PERTAMA MEDITASI
Pada  permulaan menjalani meditasi kita umumnya menjadi antusias. Kita menemukan cara berdoa yang sederhana .  Kita memulai mempraktekan pagi dan sore dengan gembira melewati latihan latihan yang lamanya tidak kurang dari 20 menit. Kita begitu semangat menceriterakan dan mengajak teman-teman untuk turut serta Bermeditasi. Pada tingkatan yang awal ini, kita merasa bahwa kita mulai menemukan kebiasaan berdoa yang telah lama kita lupakan. Maka tahap ini juga sering disebut tahap pertobatan, suatu perbaikan hidup doa dari sedikit demi sedikit mulai mendapat perhatian. Tahap ini   kita sejajarkan dengan Biografi Yesus Kristus dalam sejarah penyelamatan manusia renungan PERISTIWA GEMBIRAyaitu peristiwa  pertama dalam Doa Rosario.


TAHAP KEDUA MEDITASI
Tidak lama kemudian, kita akan mengalami “PERISTIWA SEDIH” Peristiwa  kedua  dalam Rosario ; mengapa ? saat kita bermeditasi, kita dilanda berbagai macam tantangan dengan rasa tidak ada gunanya; sudah duduk diam, mengucapkan Mantra “ MA-RA-NA-TA” dengan tekun  pagi dan sore selama 20 menit, tapi tidak ada hasilnya apa-apa . Bahkan fikiran jadi kacau, melayang-layang, meskipun kita mendisiplinkan diri sampai kaki kaku, kesemutan, punggung sakit, pantat seperti ditusuk jarum, dari dalam menjadi protes jenuh dan  ingin mengakhiri saja, lebih baik berhenti karena tak ada gunanya. Tahap ini juga sering disebut tahap Setan Accedia” Nah peristiwa ini sungguh menyedihkan kalau kita menyerah kalah dan berhenti. Pengalaman yang seperti ini, kita MESTI BERTEKUN  dan  SEMAKIN BERTEKUN MENGUCAPKAN MANTRA DENGAN PENUH IMAN DAN KASIH, kedisiplinan harus kita tingkatkan, kekecewaan kita tinggalkan dan Kita percaya meskipun kita tidak menyadari dan tidak merasakan, Tuhan menyertai kita dalam perjalanan memasukki lorong Meditasi kita sampai tempat yang kita tuju, yaitu Bait Suci Nya, tempat Allah berada. Bertekunlah menghadapi tantangan dan godaan, seperti Yesus telah memberi  teladan ketika  Yesus berdoa di padang gurun. Dia tidak menyerah kalah tapi selalu mengatasi  godaan setan dengan tegas. Yesus menang melawan godaan, setan kalah dan terpaksa harus mengundurkan diri dari hadapan Yesus.



TAHAP KETIGA MEDITASI
Apa bila kita mampu bertekun MENGUCAPKAN MANTRA (KATA DOA SINGKAT) yang kita ucapkan terus menerus dengan penuh Iman dan Kasih, kita akan mengalami PENCERAHAN yang menguatkan niat kita untuk tetap mengucapkan Mantra selama Meditasi dan akan tetap setia melakukan Meditasi pagi dan sore minimal 20 menit. Kita percaya bahwa dikala kita tak mampu berdoa, Allah berdoa untuk kita, kita percaya bahwa Allah menyertai perjalanan kita. Disinilah kita dapat mensejajarkan Tahap perjalanan Meditasi kita ini dengan PERISTIWA TERANG pada peristiwa ketiga Doa Rosario suci.


TAHAP KEEMPAT MEDITASI
Kita percaya bersama dan dengan Rahmat Allah, bila kita tekun dalam mengucapkan Mantra dalam bermeditasi, kita akan mampu menggempur diding tebal yang telah bertahun-tahun dibangun oleh Egoisme kita. Dengan runtuhnya dinding Ego, kita mampu mengalami Kemuliaan Allah yang membawa kita Bahagia, damai, cinta Tuhan kita alami dan kita rasakan jauh mendalam  dan kekhusukan  dalam doa tercipta dengan sendirinya. Kalau kita mengalami peristiwa dalam tingkatan ini, kita mensejajarkan dengan PERISTIWA MULIA pada Doa Rosario Suci yaitu peristiwa ke empat. Dalam Bahasa yang sering dipakai oleh para Meditator adalah tahap “ APATHEIA.”  Menurut Rm.Siriakus Maria Ndulu, O’Carm dalam bukunya ‘Meditasi Kristiani jalan sederhana menjumpai Allah’ halaman  128, Tahap Apatheia  adalah ketenangan yang sungguh mendalam. Pada tahap ini fikiran dan perasaan telah ditenangkan, topeng-topeng Ego telah ditanggalkan. Dalam tahap pengalaman ini biasanya Meditator mempunyai kesadaran penuh, bersemangat dan hidup secara utuh. Rm.Siriakus mengatakan semua konsep pikiran ditransendensikan. Luar biasa…. Maka para Meditaor bertekunlah dan percayalah Rahmat sudah tersedia untuk kita dengan cuma-cuma.



TAHAP KELIMA MEDITASI

 Apabila kita berani meneruskan perjalanan kita, dengan setia mengucapkan MANTRA  dengan rendah hati penuh Iman dan Cinta, mengalirlah rahmat Allah Yang ILLAHI  yang tertinggi kepada CiptaanNya sebuah cinta tak bersyarat, yang membuat kita dimampukan untuk bersatu dengan Allah. Roh kita orang berdosa ini boleh bersatu dengan Roh Kudus. Seperti anak yang hilang telah kembali kerumah Bapa. Orang Jawa menyebut saat yang indah ini dengan kalimat yang mendalam dalam bahasa Jawa “ MANUNGGALING KAWULA GUSTI “. Hal ini mampu dialami oleh para Meditator, tidak saja karena berjuang bertekun mengucapkan Mantra tetapi mengalir dari  RAHMAT   ALLAH YANG TAK BERSYARAT DAN TANPA BATAS  kepada kita. Tahap ini sering disebut dengan  TAHAP AGAPE ( lihat buku Rm.Siriakus  hal 128 alinea terakhir )


Biasanya para Meditator yang sudah mengalami tahap APATHEIA & TAHAP AGAPE, mereka akan tetap setia bermeditasi meskipun disuatu saat  mengalami tantangan-tangan yang tidak sedikit.

Pengalaman akan Allah dalam Tahap Meditasi tersebut akan mempengaruhi cara hidup para Meditator, dan bahkan memperbarui cara berfikir dan bertindak, MESKIPUN TAK PERNAH memohon apapun kepada Tuhan, orang lain boleh menikmati buahnya. Rahmat Kasih yang dialami dan diterima dari Allah Tritunggal yang Maha Cinta juga mengalir kepada sesama


Mereka hidupnya seimbang dan harmonis menjadi hamba Allah yang mampu mengatur atara doa dan karya.
 

Saturday, February 8, 2014

PERJALANAN MEDITASI

Menurut John Main, perjalanan meditasi pada intinya adalah “sebuah peziarahan ke dalam hati kita sendiri”, tempat yang paling kudus, di mana Kristus tinggal. Meditasi adalah menemukan “hidup Roh Yesus di dalam hati kita.”

Ada tahapan-tahapan yang berbeda yang harus kita lalui dalam perjalanan ini. Meskipun tahapan tersebut disuguhkan secara garis lurus dalam surat-surat selanjutnya, kita harus memahami dengan baik bahwa perjalanan ini adalah sebuah perjalanan memutar yang saling tumpang tindih, tingkatan diperdalam dengan memunculkan kembali tahapan-tahapan, menyatukan dan mengubah.
Saat pertama kali kita mulai bermeditasi, biasanya hanya sekali seminggu atau sekali sehari, disiplin ini terasa mudah dan kita memulainya dengan bergairah dan benar-benar berkomitmen pada periode meditasi kita. Tak lama kemudian, antusiasme awal ini diuji dan komitmen yang lebih dalam diperlukan untuk disiplin ini, suatu komitmen untuk dengan teguh menyatukan dua kali sesi meditasi ini ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan berjalannya waktu, latihan pengulangan mantra yang teratur ini secara berangsur-angsur membuat kita dapat meninggalkan pikiran-pikiran sadar kita. Ada saat-saat keheningan dan kediaman sejati serta sekilas kedamaian, kasih dan sukacita. Inilah saatnya untuk waspada akan adanya godaan untuk melekat pada pengalaman-pengalaman tersebut. Kita harus terus berlatih tanpa mengharapkan atau menuntut ‘hasil’ apapun juga. Pada waktunya, disiplin ini menjadi kebutuhan yang sejati.
Namun dari keheningan tersebut muncul tingkat pikiran yang berbeda – kenangan-kenangan yang ditekan, emosi-emosi dan kecemasan. Semua itu terkadang menyakitkan dan kita rasanya ingin menolak untuk duduk diam. Hal ini tidak mengejutkan, seperti yang dikatakan oleh Walter Hilton, mistikus Inggris dari abad ke 14: “ jika seseorang pulang ke rumah dan tidak menemukan apa-apa selain asap api dan istri yang mengomel, dia akan segera pergi lagi”. Namun pelepasan emosi yang dulu ditekan ini sangatlah diperlukan: kita mengeluarkan airmata yang  dulu seharusnya kita keluarkan, kemarahan dan kejengkelan yang tidak dapat kita ungkapkan pada waktu yang tepat perlu kita keluarkan. Ketika kita mengetahui perasaan-perasaan tersebut dan membiarkannya terbebas, jiwa kita mengalami penyembuhan. Kita tidak perlu memahami dari mana perasaan-perasaan tersebut berasal, kita juga tidak perlu menanggapinya; sebaliknya, kita hanya perlu menerimanya sebagai kenyataan. Sr. Eileen O’Hea biasa menyebut perasaan-perasaan yang ditekan dan dibekukan ini sebagai ‘bongkahan es’, yang ketika kita membiarkannya muncul, akan meleleh dalam kasih dan cahaya Kristus.
Bisa juga terjadi, saat kita telah bermeditasi untuk beberapa lama, kita diserang oleh sesuatu yang disebut oleh Bapa dan Ibu Padang Gurun sebagai ‘setan acedia’. Setan ini mewujudkan dirinya sebagai rasa ketidak tertarikan pada meditasi dan jalan rohani; kita bosan dan segalanya tampak sia-sia. Kita mengira kita dapat menemukan hal-hal lain yang lebih berguna untuk dikerjakan daripada duduk bermeditasi. Kita menyalahkan orang lain dan lingkungan atas kurangnya perhatian kita. Inilah saat kekeringanm, kebosanan, gelisah, dan gangguan, dengan keheningan batin sesuatu dari masa lampau. Inlah ‘pengalaman padang gurun’ kita. Inilah waktunya ujian rohani kita; kita ingin menyerah. Yang dapat kita lakukan pada saat ini hanyalah bertahan dalam kesetiaan pengulangan mantra. Kita menerima kebutuhan kita akan Allah dan percaya bahwa Allah menuntun kita, selalu hadir tak peduli apapun juga, mengasihi kita dan tidak akan pernah mengijinkan kita untuk mencoba di luar kekuatan kita.
Kita mulai dengan antusiasme, komitmen kita pada latihan harian bertumbuh, tetapi pada suatu saat tak terhindarkan lagi kita menghadapi ‘setan acedia’.  Kita mulai merasa bosan dan gelisah; kita merasa seolah-olah kita memasuki padang gurun. Thomas Merton, membicarakan pengalaman ‘padang gurun’ ini berkata, “Hanya pada saat kita dapat ‘melepaskan’ segalanya di dalam diri kita, semua keinginan untuk melihat, untuk mengetahui, untuk mengecap dan untuk mengalami konsolasi Allah, barulah kita benar-benar dapat mengalami kehadiran-Nya.”
Meditasi membutuhkan sebuah ‘pelepasan’, dan dengan demikian ‘pengalaman padang gurun’ adalah sebuah pengalaman yang memurnikan. Ini sebuah tantangan untuk mengatasi keterpusatan kita pada diri kita sendiri dan untuk bermeditasi tanpa imbalan, tanpa mengetahui kemana Roh Kudus membawa kita, untuk tetap bermeditasi meskipun diserang oleh gangguan-gangguan yang mendalam ini. Selama kita bertahan dan tetap setia untuk duduk melakukan latihan kita apapun yang terjadi, pada akhirnya kita akan menerobos semua halangan dan akan dibawa menuju pengenalan diri yang sejati, dimurnikan dan dikuatkan. Dengan demikian, padang gurun juga adalah jalan kita menuju Tanah Terjanji, karena menurut Evagrius, Bapa Padang Gurun: “Tidak ada setan lain yang mengikuti lebih dekat pada tumit Iblis acedia selain keadaan damai yang mendalam dan sukacita yang tak terkatakan yang keluar dari perjuangan ini”.
Para Bapa dan Ibu Padang Gurun menyebut ‘Kedamaian yang mendalam dan sukacita yang tak terungkapkan’ ini dengan sebutan ‘apatheia’, suatu ketenangan yang mendalam dan tak tergoyahkan, jiwa yang benar-benar telah disembuhkan. Mereka tahu bahwa ‘apatheia’ atau ‘kemurnian hati’ adalah syarat untuk memasuki ‘Kerajaan Allah’, berada dalam Hadirat Allah.
Yang paling dicari oleh para Bapa Padang Gurun adalah diri sejati mereka dalam Kristus. Untuk dapat melakukannya, mereka harus sepenuhnya menyangkal diri palsu yang diciptakan di bawah paksaan sosial ‘dunia’. (Thomas Merton)
Oleh karenanya ‘diri sejati kita dalam Kristus’ akan bersinar, ketika aliran pikiran dan perasaan telah ditenangkan, ketika topeng-topeng ego dan gambaran-gambaran diri palsu telah runtuh dan emosi-emosi dimurnikan. Kita kemudian mengenal diri kita sebagai ‘anak-anak Allah’, diciptakan sesuai dengan ‘citra dan keserupaan’ Allah. Ketenangan, kebahagiaan, kedamaian dan sukacita ini pada dasarnya adalah kesadaran sempurna, keterjagaan super. Kita kemudian menjadi ‘benar-benar hidup’.
Dari situ mengalirlah tahap akhir yaitu ‘agape’, pengalaman yang tertinggi, suatu rasa kebersatuan dan kesadaran universal, kasih Allah yang tak bersyarat. Dunia bentuk dan semua konsep pikiran yang dapat diketahui akan ditransendensikan. Kita tahu bahwa “Allah tak dapat dihitung dan tidak memiliki bentuk-bentuk luar” dan kita “melihat keajaiban cahaya roh kita sendiri, dan mengenal cahaya tersebut sebagai sesuatu di luar roh kita akan tetapi menjadi sumbernya”. (John Main) Kita tahu roh kita bersatu dengan Roh Kudus. Kita telah memasuki aliran kasih antara Sang Pencipta dengan yang diciptakan. Kita telah kembali ke rumah.
‘Pertama-tama seseorang harus dikembalikan kepada dirinya sendiri, dibuat di dalam dirinya seperti batu pijakan, kemudian dia dapat bangkit dan dilahirkan kembali serupa dengan Allah”. (St. Agustinus)


Kim Nataraja

Monday, January 6, 2014

Diawali dengan 'Tersenyum', Diakhiri dengan 'Bersyukur'

Ada banyak cara untuk bermeditasi, boleh dikatakan semua agama memiliki cara-cara berdoa kontemplatif seperti itu. Bahkan secara pribadi, setiap meditator mempunyai cara dan kebiasaan yang khas menuju suatu keheningan, tentunya dalam koridor 'aturan' yang dianutnya. Meskipun demikian, paling tidak ada tiga bagian dalam meditasi yang harus dilalui yaitu bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir dari meditasi. Bagian awal adalah ketika memulai meditasi setelah mengambil posisi duduk dan menutup mata, sedangkan bagian pokok adalah ketika berada dalam keheningan dan bagian akhir adalah ketika mengakhiri meditasi sesaat sebelum membuka mata.
Berpikir Positif
Setelah mengambil posisi duduk, entah bersila, posisi lotus atau duduk di kursi, maka kita bisa memulai meditasi dengan menutup mata. Bisa juga dengan diiringi oleh musik ringan yang melodius dengan irama lambat. Mulailah kita mengambil nafas panjang menghirup udara sampai mengisi seluruh rongga perut dan kemudian menghembuskannya secara perlahan sampai habis. Ulangi lagi mengambil nafas panjang seperti tersebut di atas dua sampai lima kali lagi, sesudah itu bernafas secara alami JANGAN PIKIRKAN LAGI tentang cara bernafas itu.
Pada saat itulah kita mulai meredam hiruk-pikuk pikiran kita, terutama pikiran-pikiran negatif seperti kecemasan, dendam, iri hati, ketakutan dan sebagainya. Usahakan untuk tersenyum agar timbul pikiran yang positif sehingga ada perasaan sejuk, damai dan sukacita. Itulah yang menghantar kita menuju keheningan, tanpa suara, tanpa musik, betul-betul sebuah keheningan yang murni. Mulailah kita melantunkan mantra 'ma-ra-na-tha' dalam  hati. Akan tetapi ketika setan Accedia mulai beraksi, dan lantunan 'ma-ra-na-tha' mulai kendor serta pelanturan mulai mendominasi pikiran, kita bisa mengulang kembali menarik nafas panjang seperti di atas, baru kemudian mengucapkan kembali mantra kita untuk meneruskan meditasi.
Merasa Bersyukur
Ketika alarm sebagai tanda waktu berakhirnya meditasi berbunyi, muncullah perasaan bersyukur dan berterima kasih. Betapa tidak, jiwa kita telah diisi dengan energi spiritual karena kerinduan akan Allah telah dipenuhi dengan cara yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sungguh, sebuah pengalaman dilimpahi KASIH oleh Roh Allah yang membuat iman kita semakin teguh. Seperti halnya ketika mengawali meditasi dengan 'tersenyum',  pada saat mengakhiri meditasi dengan 'bersyukur' pun semua dilakukan dalam hati, tidak ada yang eksplisit, semua dalam keheningan.

Eddi Nugroho

Meditator MK Serpong